PekanbaruKini.com
Riau

Krisis Sampah Plastik di Pekanbaru: Survei TOP R2C Ungkap Partisipasi Masyarakat Masih Rendah

DLHK Kota Pekanbaru Antisipasi Pergeseran TPS Liar Dilakukan Oknum angkutan Sampah Mandiri
DLHK Kota Pekanbaru Antisipasi Pergeseran TPS Liar Dilakukan Oknum angkutan Sampah Mandiri

Pekanbarukini.com – Sampah plastik terus menjadi persoalan serius di Kota Pekanbaru. Tumpukan sampah plastik yang terlihat di berbagai ruas jalan tak hanya merusak estetika kota, tetapi juga menimbulkan bau tak sedap yang mengganggu kenyamanan masyarakat.

Kondisi ini diperparah dengan meningkatnya volume sampah plastik yang masuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Muara Fajar setiap harinya. Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Pekanbaru pun dinilai harus segera mengambil langkah konkret untuk mengatasi permasalahan ini.

Hasil survei yang dilakukan oleh Lembaga TOP Riau Research Centre (TOP R2C) pada 8-15 Desember 2024 mengungkap bahwa rendahnya partisipasi masyarakat menjadi salah satu penyebab utama tingginya angka sampah plastik di Pekanbaru. Survei ini melibatkan 350 responden dari 35 kelurahan di Pekanbaru dengan metode multistage random sampling dan margin of error 5,5 persen.

Ketua TOP R2C, Adlin S. Sos, M.Si, menyebut mayoritas masyarakat Pekanbaru masih bergantung pada kantong plastik dalam aktivitas sehari-hari.
“Sebanyak 91 persen responden mengaku masih menggunakan kantong plastik, sementara hanya 8 persen yang tidak menggunakannya. Sisanya, 1 persen, memilih tidak menjawab,” ujar Adlin dalam keterangannya, Selasa (17/12/2024).

Kebiasaan ini, lanjut Adlin, menyebabkan produksi sampah plastik terus meningkat, baik di tempat pembuangan sampah ilegal maupun di TPA Muara Fajar.
“Jika kebiasaan ini tidak diubah, tumpukan sampah plastik akan menjadi persoalan yang semakin sulit diatasi,” jelasnya.

Minimnya Kesadaran Pemilahan Sampah
Selain ketergantungan pada plastik, survei juga menemukan bahwa sebagian besar masyarakat belum terbiasa memilah sampah sebelum dibuang. Sebanyak 78 persen responden langsung membuang sampah tanpa memilahnya terlebih dahulu, sementara hanya 20 persen yang sudah memilah. Sisanya, 2 persen, tidak menjawab.

“Temuan ini menunjukkan bahwa edukasi tentang pentingnya memilah sampah masih jauh dari maksimal,” ungkap Adlin. Ia menambahkan bahwa pemilahan sampah adalah langkah awal yang sangat penting dalam pengelolaan sampah yang efektif.

Melihat temuan ini, Adlin menegaskan pentingnya peran pemerintah, khususnya DLH Kota Pekanbaru, untuk mengambil langkah strategis. Menurutnya, solusi yang berkelanjutan diperlukan guna mengatasi persoalan ini.

“DLH Pekanbaru perlu menyusun strategi sistematis untuk mendorong perubahan perilaku masyarakat. Penyediaan fasilitas tempat sampah terpilah di area publik, kampanye penggunaan kantong belanja ramah lingkungan, serta program edukasi yang intensif harus menjadi prioritas,” tegasnya.

Adlin juga menggarisbawahi pentingnya pendekatan berbasis komunitas untuk meningkatkan kesadaran masyarakat. “Imbauan saja tidak cukup. Harus ada aksi nyata yang melibatkan masyarakat secara langsung agar kesadaran mereka tumbuh,” tambahnya.

Tantangan Menuju Pekanbaru Bebas Sampah Plastik
Dengan permasalahan yang cukup kompleks ini, Kota Pekanbaru dihadapkan pada tantangan besar untuk menjadi kota yang lebih bersih dan bebas sampah plastik. Upaya kolektif antara pemerintah, masyarakat, dan berbagai pihak terkait menjadi kunci utama untuk mewujudkan perubahan.

Kota Pekanbaru memiliki potensi besar untuk menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat jika masyarakatnya lebih aktif berpartisipasi. Kini, bola ada di tangan DLH Pekanbaru untuk menciptakan inovasi yang mampu menjawab krisis ini. (rilis)

Berita Terkait

Atasi Sampah Pekanbaru, PT SHI Sudah Mulai Bangun 12 TPS Baru di Zona 2

Redaksi

Agar Piala Adipura Diraih, Legislatif Minta DLHK Pekanbaru Sosialisasi Lagi Jadwal Masyarakat Buang Sampah

Redaksi