PekanbaruKini.com
Headlines Nasional

ASPEBINDO Prediksi Harga Batu Bara Bakal Melambung Dampak Perang Rusia-Ukraina

Ketua Umum Asosiasi Pemasok Energi dan Batubara Indonesia (ASPEBINDO), Dr. Anggawira
Ketua Umum Asosiasi Pemasok Energi dan Batubara Indonesia (ASPEBINDO), Dr. Anggawira (foto/istimewa)

Pekanbarukini.com (PEKANBARU)– Dampak perang Rusia-Ukraina diprediksi akan membuat harga batu bara meroket. Hal itu diyakini bakal berdampak bagi Indonesia.

Hal tersebut disampaikan Ketua Umum Asosiasi Pemasok Energi dan Batubara Indonesia (ASPEBINDO), Dr. Anggawira. “Akibat perang Rusia-Ukraina, apabila pasokan gas alam dan minyak dari Rusia terputus masih terputus, maka pemanfaatan kembali energi fosil, termasuk batu bara berpotensi membesar. Ini akan meningkatkan permintaan di tengah ketatnya pasokan batu bara di tingkat global,” sebut Anggawira, Jumat (4 Maret 2022).

Rusia adalah salah satu produsen minyak dan gas alam utama dan terbesar di dunia. Ekspor dua komoditas energi itu mewakili setengah dari penjualan luar negeri negara itu. Rusia, yang sekarang sedang terlibat dalam perang sengit di Ukraina, menyediakan sekitar 40% gas alam Eropa.

Salah satunya adalah menyoal harga minyak mentah dunia dalam hal ini Brent yang melonjak dan sempat menyentuh level tertinggi. Rally harga batubara belum menunjukkan tanda-tanda berakhir. Sepanjang Februari, harga batubara sudah menguat sebesar 38,22% secara month over month. Kini memasuki Maret, harga batubara kembali tancap gas dengan menyentuh level US$ 446 per ton. Bahkan, jika dihitung secara year to date, harga batubara telah menguat hingga 233,83%.

Ketua Umum (Ketum) ASPEBINDO, Dr. Anggawira menyebut tidak menutup kemungkinan harga batu bara bisa terus melejit dengan meningkatnya permintaan namun stock masih terbatas. “Saya rasa penguatan harga batu bara juga di akibat musim dingin yang berkepanjangan di negara yang memiliki 4 musim baik di Asia, Asia Tengah, Eropa, Amerika. Hal ini yang juga membuat permintaan batu bara semakin meningkat,” ungkap Anggawira.

Anggawira juga mengatakan bahwa di prediksi produksi stagnan sedangkan harga minyak mentah dunia di atas US$ 100 per barel dan harga gas alam yang juga masih tinggi, orang-orang akan beralih ke batubara.

“Peluang ini sangat baik untuk para pemasok batubara di Indonesia, namun banyak hal-hal yang perlu di cermati bukan hanya semata-mata tergiur dengan terus meningkatnya harga batu bara,” kata Anggawira.

Anggawira juga menyampaikan perlunya ada strategi bukan hanya dari para pemasok batu bara namun juga dari pemerintah agar para pemasok tidak tergiur untuk melalukan ekspor batu bara namun juga perlunya diperhatikan kebutuhan batu bara di dalam negeri.

“Kita harus bisa memaksimalkan peluang ini, namun juga harus berhati-hati agar langkap yang di ambil oleh pemasok batu bara tidak membawa Indonesia menghadapi dampak negatif dan juga tidak mengakibatkan inflasi,” tutup Anggawira. (Rilis)