Pekanbarukini.com (PEKANBARU) – Berada di tengah Kota Pekanbaru, namun Jalan Torganda/Purnamasari Parit Indah, Kecamatan Simpang Tiga, Kota Pekanbaru seakan nyaris tak tersentuh pembangunan.
Kondisi memprihatinkan tersebut dikeluhkan warga setelah bertahun-tahun menanti respon pemerintah daerah baik Pemko Pekanbaru maupun Pemprov Riau terhadap kawasan yang hanya berjarak 1 kilometer dari ruas jalan Sudirman Pekanbaru.
Hal tersebut diungkapkan Ali, salah seorang tokoh masyarakat setempat kepada wartawan, Sabtu (12/2/2022).
Dijelaskan dia, bukan hanya kondisi jalan yang tak pernah tersentuh aspal pembangunan, sebutir kerikil pun tak pernah ‘singgah’ diantarkan pemerintah.
”Sudah bosan juga kita mendengar ceritanya, pada intinya, kawasan ini tak tersentuh pembangunan,” kata Ali.
Dia menjelaskan, Jalan Torganda/Purnamasari ini sudah ada semenjak tahun 1980-an. Namun, pemerintah tak kunjung membantu untuk melakukan pengerasan konon lagi melakukan pengaspalan.
”Kalau alasan tak bisa membangun itu bisa macam-macamlah. Kalau diusulkan, sudah selalu dalam Musrenbang Kota Pekanbaru, tapi selalu mentah,” kata dia.
Ali menjelaskan, jalan sepanjang 2 kilometer ini memang sangat tidak layak masih ada di tengah pesatnya pembangunan di kota Pekanbaru.
”Ya, kalau di tempat lain, banjir sedikit saja sudah ribut, kalau di tempat kita, tiap hari masyarakat makan debu. Kalau hujan, maaf-sampai ‘terjilangkang’ jatuh ke lumpur,” keluh dia.
Itu bukan hal aneh bagi warga setempat. Karena hanya ruas jalan itulah satu-satunya akses jalan warga untuk keluar masuk.
”Ya, kita kerja, pagi kadang hujan, kalau sudah begitu, jalan ini sangat licin. Kalau hujan lebat, jalan ini seperti kubangan kerbau. Jika sudah terpeleset, semua baju kerja kotor, belum lagi banyak warga cidera, sudah tak terhitung,” ungkap Rio, warga lainnya.
”Kami meminta, kepada pemerintah, perhatikanlah masyarakat di Jalan Torganda ini. Sungguh ironis nasib kami di sini, di Pekanbaru, tapi kondisi jalannya lebih parah dibandingkan jalan ke kampung bahkan dusun-dusun. Padahal jarak kami hanya 7 menit ke Jalan Sudirman itu,” keluh dia.
Kondisi jalan ini memang sungguh memprihatinkan. karena hanya ditimbun tanah liat merah. Tak jarang, untuk sensiasati supaya tidak rusak parah selepas hujan, warga gotong royong dan saling sumbang membeli tanah timbun maupun batu pecah sisa bangunan agar jalan tidak licin.
Begitu juga dengan jembatan di dalam kawasan itu yang terus mengalami penurunan tanah, sudah beberapa kali dilakukan pengecoran oleh warga dengan cara swadaya agar bisa dilalui.
Belum lagi lampu jalan yang nyaris tidak ada dan akhirnya harus dibeli secara tanggung renteng warga.
”Kalau tak ada lampu, mana ada yang berani masuk ke jalan ini malam hari. Gelap gulita, kanan kirinya semak belukar. Padalah lebar jalan ini sekitar 6 meter. Karena tak ingin terjadi hal yang tidak baik, akhirnya kami inisiatif membeli lampu jalan di sepanjang jalan ini.
”Tapi namanya masyarakat, berapalah kekuatan kami. Lagi pula, dimana fungsinya pemerintah. Karena itulah, kami minta perhatian dan kepedulian. Mau Wali kota, mau Gubernur, terserahlah, perhatikan juga nasib kami ini,” harap mereka.