PekanbaruKini.com
Artikel/Opini

PEMBUATAN SABUN CUCI PIRING UPAYA PELUANG USAHA BAGI IBU PKK DUSUN KUBUCUBADAK, DESA SIMPANG PETAI, KECAMATAN RUMBIO JAYA, KAMPAR

Alfi Syahri Sinaga1, Bossha Louna Pinem1, Febby Aulia Agusti2, Jihan Aqila Vitari2, Monica6,Nikita Mora Siregar4,  Dr. Nur Azlina SE.M.Si.,Ak.,CA.,CGAA.,CertipSAS, Putri Nazeeya Anita2, Rizky Rizaldi1, Siti Rayya Putri Benyamin5, Stevani Ade Lia3.

1)Prodi S1 Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Riau,

rizkyrizaldi07@gmail.com , alfisyahrisinaga@gmail.com , bosshapinem28@gmail.com .

2) Prodi S1 Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Riau,

jihanaqila285@gmail.com , febbyaugust@gmail.com , putri.nazeeya1475@gmail.com

3) Prodi S1 PGSD, Fakultas Keguguran dan Ilmu Pendidikan, Universitas Riau,

stevaniadelia482@gmail.com

4) Prodi S1 Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Riau,

nikitamora30@gmail.com

5) Prodi S1 Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Riau,

Srayya00@gmail.com

6) Prodi S1 Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Riau,

monicasilitonga19@gmail.com

 

Abstrak

Kebutuhan sabun pencuci piring meningkat karena sebagian besar masyarakat mulai meninggalkan cara tradisional menggunakan abu gosok untuk mencuci piring dan beralih ke sabun pencuci piring berbentuk cair. Hal ini menyebabkan kebutuhan pengadaan sabun yang membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Melihat peluang tersebut, maka banyak sekali produk-produk sabun cair yang bisa ditemukan pada berbagai jenis pasar. Tujuan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah untuk memberikan pengetahuan dan pelatihan tentang pembuatan sabun cuci piring cair dalam rangka pemberdayaan komunitas (dalam hal ini kelompok ibu-ibu PKK). Metode yang digunakan dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah diskusi, paparan dan praktik pembuatan sabun pencuci piring. Peserta sangat antusias dalam mengikuti Pelatihan Pembuatan sabun cuci piring. Hasil dari pelatihan ini adalah produk sabun cuci piring sesuai dengan metode yang diberikan dan perhitungan harga jual produk.

Kata kunci: peluang usaha baru, simpang petai, sabun cuci piring

Abstract

The need for dishwashing soap has increased because most people have started to abandon the traditional way of using ash to wash dishes and switch to liquid dish soap. This causes the need for soap procurement which requires no small amount of money. Seeing this opportunity, there are a lot of liquid soap products that can be found in various types of markets. The purpose of this community service activity is to provide knowledge and training on the manufacture of liquid dish soap in the context of community empowerment (in this case the PKK women’s group). The method used in this community service activity is discussion, exposure and the practice of making dish soap. Participants were very enthusiastic in participating in the Dishwashing Soap Making Training. The results of this training are dish soap products according to the method provided and the calculation of the selling price of the product.

Keywords: new business opportunities, simpang petai, dish soap

 

 

PENDAHULUAN

Desa Simpang Petai terletak di wilayah Kecamatan Rumbio Jaya, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Bukit Kratai, sebelah selatan berbatasan dengan Sungai Kampar, sebelah timur berbatasan dengan Desa Teratak dan Desa Alam Panjang, sebelah barat berbatasan dengan Desa Sendayan, Kecamatan Kampar Utara. Luas wilayah Desa Simpang Petai adalah 3009 ha yang berupa daratan yang bertopografi berbukit-bukit dan daratan yang dimanfaatkan sebagai lahan pertanian. Iklim Desa Simpang Petai, sebagaimana desa-desa lain di Indonesia yang mempunyai iklim kemarau dan penghujan, hal tersebut mempunyai pengaruh langsung terhadap pola tanam pada lahan pertanian yang ada di Desa Simpang Petai.

Desa Simpang Petai merupakan pemekaran dari Desa Teratak yang mana pada tanggal 27 Maret 2008, Desa Simpang Petai diresmikan oleh Bupati Kampar. Nama Desa Simpang Petai sendiri pada mulanya berasal dari sebatang pohon yang berada di persimpangan yang selalu menjadi tempat masayarakat pulang bekerja dan dari kebun untuk beristirahat karena daunnya yang rindang dan lebat.

KKN sebagai salah satu bentuk pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan oleh mahasiswa secara interdisipliner, institusional, dan kemitraan merupakan wujud dari Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu Pendidikan dan Pengajaran, Penelitian, dan Pengabdian kepada Masyarakat. Ketiga aspek dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi tersebut dilaksanakan dengan proporsi yang seimbang, harmonis, dan terpadu dengan harapan agar kelak para lulusan Perguruan Tinggi dapat menjadi manusia yang berilmu pengetahuan yang memadai dalam bidang masing-masing, mampu melakukan penelitian dan bersedia mengabdikan diri demi kemaslahatan umat manusia pada umumnya dalam masyarakat Indonesia pada khususnya. Sasaran KKN adalah (1) masyarakat umum, (2) sekolah, (3) lembaga/instansi dan (4) industri atau kelompok tertentu. Berdasarkan dasar hukum, mata kuliah KKN disiapkan dalam rangka mengembangkan kompetensi mahasiswa melalui pengalaman riil di masyarakat. Dengan pengalaman tersebut, mahasiswa diharapkan mendapatkan kemampuan generative berupa kecakapan hidup seperti kemampuan berpikir dan kemampuan bernalar secara analitik, berdasarkan sumber empirik dan realistik, agar dapat merancang dan melaksanakan program, membantu mengatasi permasalahan yang ada, bekerja sama dengan orang lain, mengatur diri sendiri dan melatih keterampilan dalam bekerja. Dengan demikian mahasiswa mendapatkan wawasan, pengalaman dan keterampilan dalam bermasyarakat sebagai nilai tambah selama menimba ilmu di bangku kuliah.

Perubahan perilaku ibu rumah tangga dalam mencuci peralatan rumah tangga dan dapur begitu signifikan. Beberapa waktu yang silam, para ibu rumah tangga menggunakan abu gosok, sabun pasta/krim atau gabungan dari keduanya untuk mencuci peralatan dapur. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa intensitas pemakaian sabun dalam kehidupan sehari- hari terbilang rutin dikonsumsi. Hal ini dikarenakan fungsi utama dari sabun yang bersifat membersihkan atau mengangkat kotoran yang menempel pada sebuah permukaan (Haro dkk, 2014).

Sabun adalah bahan yang digunakan untuk mencuci, baik pakaian, perabotan, badan, dan lain-lain yang terbuat dari campuran alkali (natrium atau kalium hidroksida), dan trigliserida dari asam lemak rantai karbon C16 (Zulkifli dan Estiasih, 2014) melalui reaksi saponifikasi atau disebut juga reaksi penyabunan pada suhu 80- 100oC (Jongko, 2009). Dalam proses ini asam lemak akan terhidrolisa oleh basa membentuk gliserin dan sabun mentah.

Sabun sebagai salah satu kebutuhan utama untuk mendapatkan standar kebersihan yang baik dalam kehidupan sehari-hari termasuk dalam kebutuhan pokok, tetapi sabun tidak termasuk dalam kelompok kebutuhan primer. Pemenuhan akan sabun seringkali dianggap sebagai kebutuhan sekunder, karena kebutuhan primer (sandang, pangan, papan) merupakan kebutuhan yang wajib untuk dipenuhi setiap hari. Konsumsi sabun yang terus menerus setiap harinya, menyebabkan kebutuhan pengadaan sabun yang membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

Dalam menjalankan usaha pembuatan jajan sederhana, sabun yang selama ini digunakan untuk mencuci piring adalah sabun colek dengan harga Rp 2.600,- per sachet per hari. Penyediaan sabun sachet untuk 1 bulan membutuhkan biaya sebanyak Rp 52.000,- Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat harus menyediakan dana minimal Rp 52.000,- per bulan untuk pengadaan sabun yang diperlukan untuk membersihkan peralatan memasak.

Tujuan kegiatan kewirausahaan adalah untuk memberikan pengetahuan dan pelatihan tentang pembuatan sabun cuci piring cair sekaligus untuk membantu mengurangi pengeluaran masyarakat untuk pembelian sabun dengan harga yang mahal. Produksi sabun cuci piring secara massal juga dapat menciptakan peluang usaha baru.

Sabun dapat menghilangkan kotoran dan minyak karena struktur kimia sabun terdiri dari bagian yang bersifat hidrofil pada rantai ionnya, dan bersifat hidrofobik pada rantai karbonnya. Karena adanya rantai hidrokarbon, sebuah molekul sabun secara keseluruhan tidaklah benar-benar larut dalam air. Namun sabun mudah tersuspensi dalam air karena membentuk misel micelles), yakni segerombolan (50-150) molekul yang rantai hidrokarbonnya mengelompok dengan ujung- ujung ionnya yang menghadap ke air (Fessenden dan Fessenden, 1992).

Dalam menghilangkan kotoran dan minyak, bagian yang bersifat hidrofobik pada sabun akan larut dalam minyak dan mengepung kotoran minyak, sedangkan bagian hidrofilik akan terlepas dari permukaan yang dibersihkan dan terdispersi dalam air sehingga dapat dicuci (Djatmiko dan Widjaja, 1984) . Pada prinsipnya dalam pembuatan sabun cair ini tidak memerlukan bahan dan peralatan yang rumit. Dalam satu paket kecil bahan baku pembuatan sabun dapat menghasilkan berliter-liter sabun cair. Sehingga produk sabun yang dihasilkan juga dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan penggunaan sabun dalam kehidupan sehari-hari dan juga dapat dijadikan sebagai industri rumah tangga (Pasir dan Hakim, 2014).

Tujuan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah untuk memberikan pengetahuan dan pelatihan tentang pembuatan sabun cuci piring cair dalam rangka pemberdayaan komunitas (dalam hal ini kelompok ibu-ibu PKK). Pemberdayaan komunitas merupakan sebuah proses berkelanjutan dimana  anggota komunitas secara bersama-sama melakukan aksi kolektif dan menghasilkan solusi atas permasalahan mereka bersama (State Resource Centre dalam Gunawan, Setiawan dan Muttaqin, 2020). Produksi sabun cuci piring secara massal oleh ibu-ibu PKK juga dapat menciptakan peluang usaha baru yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.

 

 

METODE PENERAPAN

Metode yang digunakan dalam kegiatan Kukerta Balek Kampung Desa Simpang Petai kepada Ibu PKK Dusun Kubucubadak, Desa Simpang Petai ini adalah penjelasan dan praktik / demo pembuatan sabun pencuci piring. Diskusi dilakukan untuk mengetahui kebutuhan sabun pencuci piring. Metode pelatihan dilakukan dengan praktik atau demonstrasi pembuatan sabun pencuci piring. Metode praktik ini bertujuan agar Ibu – ibu lebih memahami dan mudah mengingat proses pembuatannya. Alat dan bahan yang digunakan adalah:

Bahan

  1. Texapon 2 kg
  2. Natrium sulfat 4kg
  3. Pewarna secukupnya
  4. EDTA 15 gram
  5. Esen lemon (20 cc)
  6. Foam Boster 100 ml
  7. Camperlan secukupnya
  8. Air 10 liter

Alat

  1. Ember besar 2 buah
  2. Ember kecil 2 buah
  3. Gayung/Cangkir
  4. Pengaduk

Cara Pembuatan Sabun Cuci Piring :

  1. Langkah pertama adalah mencampurkan Texapon dan Natrium Sulfat ke dalam wadah wadah lalu diaduk hingga merata dan berubah menjadi warna putih.
  2. Menambahkan air secara pelan-pelan ke dalam campuran tersebut. Air yang dimasukkan setengah dan dilanjutkan pengadukan kembali hingga tercampur dengan baik.
  3. Langkah selanjutnya lakukan penambahan camperlan pada adonan, lalu aduk semuanya supaya tercampur dengan sempurna dan rata. Selain itu, pastikan tidak ada gumpalan di dalam adonan tersebut.
  4. Menambahkan pewarna, essen lemon ke dalam campuran dan dilanjutkan pengadukan hingga tercampur sempurna.
  5. Setelah itu, tuangkan seluruh sisa air yang telah disiapkan dengan perlahan sambil terus diaduk supaya seluruh bahan tercampur secara merata.
  6. Jika sudah, masukkan foam booster ke dalam adonan yang telah terbentuk sedikit demi sedikit hingga adonannya berubah mengental, lalu tambahkan EDTA, kemudian aduk lagi sampai semuanya tercampur rata.
  7. Tambahkan parfum serta pewarna yang sebelumnya sudah dipersiapkan, lalu aduk kembali hingga rata.
  8. Sekarang sabun cuci piring cair yang berkualitas siap untuk digunakan.

Waktu dan tempat pelaksanaan adalah 14 juli 2022 di rumah salah satu Anggota PKK Desa Simpang Petai

 

Gambar 1

Tim KKN UNRI Bersama Kelompok PKK Desa Simpang Petai Gelar Pelatihan Pembuatan Sabun Cuci Piring dan Pemasarannya
Tim KKN UNRI Bersama Kelompok PKK Desa Simpang Petai Gelar Pelatihan Pembuatan Sabun Cuci Piring dan Pemasarannya

Foto Bersama Sosialisasi Pembuatan Sabun Cuci Piring Upaya Peluang Usaha Bagi Ibu PKK Desa Simpang Petai

 

 

Gambar 2

Dokumentasi Kegiatan pada saat Pelaksanaan atau Demo Pembuatan Sabun Cuci Piring

Pada program Kukerta Balek Kampung Universitas Riau 2022 di Desa Simpang Petai, Kecamatan Rumbio Jaya, Kampar, melaksanakan kegiatan melalui program Sosialisasi dan Demo Pembuatan Sabun Cuci Piring.

Sebelum penyampaian materi disampaikan kepada peserta sosialisasi, mahasiswa Kukerta Balek Kampung memberikan soal pre test terlebih dahulu untuk mengukur pemahaman ibu-ibu tentang pembuatan Sabun Cuci Piring. Berikut nilai pre test yang didapat:

Tabel 1

Nilai pre test yang didapat peserta sosialisasi sebelum mendapatkan materi

No Nama Nilai
1. Ira 50
2. Risna 40
3. Linda 60
4. Juni 30
5. Ratna 40
6. Sinta 40
7. Ika 50
8. Muzdalifah 30
9. Susi 30
10. Ninik Asniwati 30
11 Nanda Julianda 50
12. Eka 50
13. Dewi 50
14. Melinda 60
15. Lindarti 30
16. Sumi 40

 

Setelah penyampaian materi terkait cara Pembuatan Sabun Cuci Piring mahasiswa kukerta memberikan soal post test kembali untuk mengukur pemahaman peserta sosialisasi ketika sudah disampaikannya materi.

Tabel 2

Nilai post test peserta sosialisasi setelah mendapatkan materi

No Nama Nilai
1. Ira 80
2. Risna 70
3. Linda 70
4. Juni 80
5. Ratna 90
6. Sinta 100
7. Ika 80
8. Muzdalifah 80
9. Susi 90
10. Ninik Asniwati 90
11 Nanda Julianda 70
12. Eka 70
13. Dewi 80
14. Melinda 100
15. Lindarti 80
16. Sumi 80

 

Kegiatan ini bertujuan untukMenciptakan masyarakat Desa Simpang Petai yang Mengerti bagaimana cara untuk tetap bisa berpenghasilan di era New Normal ini. Kegiatan ini bermanfaat untuk melatih mahasiswa dalam memecahkan masalah mengenai bagaimana memberi pemahaman kepada masyarakat tentang pentingnya sosialisasi untuk UMKM agar bisa memiliki penghasilan walaupun di era New Normal ini.

 

Gambar 4

Dokumentasi

 

 

 

HASIL DAN KETERCAPAIAN SASARAN

Kewirausahaan adalah suatu kemampuan untuk mengelola sesuatu yang ada di dalam diri seseorang untuk dimanfaatkan dan ditingkatkan agar lebih optimal (baik) sehingga bias meningkatkan taraf hidup di masa mendatang (Meredith, 2002). Menurut Aprijon (2013) salah satu faktor pendorong pertumbuhan kewirausahaan disuatu negara terletak pada peranan universitas melalui penyelenggaraan

pendidikan kewirausahaan. Oleh karena itu, perlu dibina kepribadian individu yang sangat mempengaruhi keberhasilan usaha. Dengan memiliki jiwa pemimpin, siap mental untuk menghadapi segala resiko dan tantangan dalam hidupnya.

Melalui penerapan teknologi tepat guna yang sederhana dalam pelatihan ini, diharapkan dapat diperoleh pemberdayaan masyarakat dengan peningkatan keterampilan yang bermanfaat. Teknologi sederhana ini dapat diterapkan oleh masyarakat secara umum. Teknologi ini juga diharapkan menjadi pemicu tumbuhnya semangat kewirausahaan yang lain untuk setidaknya mencukupi kebutuhan sabun cuci piring.

Keahlian masyarakat sesudah adanya transfer metode pembuatan sabun cair diharapkan: (i) mampu membuat sabun cair yang disertai dengan pemahaman dasar akan sabun; (ii) mampu mengatur (me-manage) efisiensi maupun efektifitas penggunaan sabun cair agar tidak boros dalam pemakaiannya; (iii) mampu mengkoordinasikan sistem/cara pembuatan sabun di lingkungan RT; (iv) mampu menjadikan sabun sebagai terobosan untuk memperoleh tambahan uang keluarga; (v) mampu menghitung keuntungan yang dapat diperoleh dengan memanfaatkan peluang wirausaha. Dari kegiatan yang dilakukan, masyarakat memperoleh luaran

Kegiatan diawali dengan menjalin komunikasi dengan warga terkait pelatihan yang dibutuhkan ibu-ibu PKK Desa Simpang Petai. Pelatihan pembuatan sabun cuci piring menjadi pilihan mengingat kebutuhannya semakin meningkat. Jumlah peserta yang mengikuti pelatihan 16 orang. tersebut ada yang berprofesi sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT), petani maupun pedagang. Dalam kegiatan ini, Mahasiswa Kukerta Balek Kampung menjelaskan dan mempraktekkan mengenai cara pembuatan secara detail termasuk cara mengaduk bahan, takarannya dan waktunya sehingga menghasilkan sabun yang sesuai. Dalam kegiatan tersebut Peserta terlihat sangat antusias mengikuti pelatihan. Dampak dari program kerja pembuatan sabun cair cuci piring sangan berdampak positif bagi masyarakat, melalui pelatihan sabun cair cuci piring sehingga masyarakat dapat mengetahui cara dan proses pembuatannya.

KESIMPULAN

Dalam pelatihan pembuatan sabun cuci piring dapat diambil kesimpulan bahwa kegiatan dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan yang direncanakan. Kegiatan ini dapat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam pembuatan sabun cuci piring yang dapat dikonsumsi pribadi maupun dikomersilkan.

 

 

BIBLIOGRAFI

Aprijon. 2013. Kewirausahaan dan Pandangan Islam. Menara. 12(1):1-11

Apriyani, D. 2013. Formulasi Sediaan Sabun Mandi Cair Minyak Atsiri Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) Dengan Cocamid Dea Sebagai Surfaktan. Universitas Muhammadiyah Surakarta (Doctoral dissertation)

Haro, A; Waspodo, A, AWS; Handaru, A, W, 2017, Peningkatan Keterampilan Bagi Ibu Rumah Tangga dalam Rangka Penghematan Melalui Pembuatan Sabun Cair Sederhana. Jurnal Pemberdayaan Masyarakat Madani (JPMM). Vol.1, No.2, Desember 2017, Hal 194-206

Jongko. 2009. Sabun Kecantikan: Teori dan Praktek Membuat Sabun Beauty di Rumah. Jakarta : Duraposita Chemistry

Pasir, S; Hakim, M,S, Penyuluhan dan Praktik Pembuatan Sabun Cuci Piring Cair. Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan, Vol.3, No. 3, September 2014, Hal 155-158