Pekanbarukini.com (PEKANBARU) – Barang bekas sering menjadi masalah, sebab tak tahu cara memanfaatkan. Jika dibuang juga berdampak pada kebersihan lingkungan.
Dari kesadaran itu, Syaipul Bahri kelahiran Tanjung Batu, Karimun, Kepulauan Riau (Kepri) tergerak memanfaatkan barang rongsokan jadi sesuatu yang bernilai. Apalagi anak-anak di sekitar tempat tinggalnya di Desa Tanjung Sari Poyo mulai beraktivitas ke hal-hal negatif.
“Waktu itu sekitar tahun 2015, saya berinisiatif mengajak anak-anak muda sekitar tempat tinggal untuk membuat kelompok musik. Karena waktu itu mereka sudah mulai ada yang balap-balap liar. Karena keterbatasan alat musik, makanya kami mulai dengan barang-barang rongsokan,” kata Syaipul yang saat ini guru PNS di Kabupaten Meranti, Riau.
Dirinya memilih untuk membentuk kelompok perkusi dengan nama Poyo Harmony. Alat-alat musiknya terdiri dari ember cat bekas, bambu bekas, besi bekas, drum bekas, galon pecah, dan biola.
Siapa sangka ternyata kelompoknya ini dilirik dan dijadikan Binaan Lanal TBK. Buka itu saja Poyo Harmony kemudian mampu menyabet penghargaan bidang lingkungan dari Astra yakni Penerima SATU Indonesia Award 2021 tingkat Provinsi dengan tema “Penyelamat Generasi Milenial Lewat Musik Rongsokan”.
Bahkan komunitas seni yang diberi nama Poyo Harmony yang digerakkan Syaipul ini tidak hanya sekali mendapat penghargaan dari Astra, sebelumnya tahun 2018 juga pernah mendapatkan Awards dari Astra dari bidang pendidikan.
Sempat Diremehkan Warga
Upaya Syaipul untuk mengarahkan anak muda di Kampung Poyo berkegiatan positif ternyata tidak mulus. Ada beberapa tantangan yang dihadapi, seperti kemampuan bermusik yang kurang hingga diremehkan warga.
“Untuk tantangan di awal jelas pada teman-teman yang bergabung itu bukan pemusik. Kemudian alat yang dipakai juga seadanya, barang rongsokan. Saya memang ada kemampuan bermusik, bermain biola, gitar, dan beberapa alat lainnya. Pelan-pelan kita berlatih, saya juga tonton video di Youtube. Alhamdulillah, Poyo Harmony sudah tampil diberbagai event, Peringatan Sumpah Pemuda, HUT Kemerdekan RI, acara bersama TNI Polri dan sebagainya di Karimun,” kenang bapak anak satu ini.
Masyarakat yang awalnya menganggap remeh, setelah melihat peningkatan mulai memberikan apresiasi. Bahkan jumlah pendaftar keanggotaan sudah sampai ke luar desa.
“Warga awalnya menilai Poyo Harmony tidak akan bertahan lama, ternyata bisa melihat sendiri. Berkat kerja keras dan kesungguhan, anak-anak muda bisa tampil memukau, walau pakai barang rongsokan. Pernah waktu penerimaan keanggotaan juga membludak, karena ada yang dari luar desa ikut mendaftar,” katanya.
Namun dikarenakan Syaipul lulus PNS, dirinya rela meninggalkan Poyo Harmony di Karimun untuk pindah mengabdi SDN 14 Bandul, Kecamatan Tasik Putri Putih, Kabupaten Meranti, Riau. Meski begitu Syaipul masih menjaga komunikasi dengan anggota-anggota yang ada di komunitas.
“Alhamdulillah, hingga sekarang Poyo Harmony masih aktif hingga sekarang. Terakhir anggotanya ada 50 orang dan masih menjadi binaan Lanal Tanjung Balai Karimun. Eksis mengisi berbagai acara di sana,” ujarnya.
Syaipul berharap kisah ini bisa menginspirasi desa-desa lainnya. Mengajak anak-anak muda untuk berkegiatan positif, tidak perlu berorientasi pada materi. Terpenting menjaga semangat untuk terus berkarya. (***)
Penulis: Ryan Edi Saputra