PekanbaruKini.com
Opini

Regulasi Alat Kontrasepsi untuk Remaja: Solusi atau Kontroversi?

Oleh: Nabila, S.H.,M.H dan Zuni Khusniyah,S.H

Pada tahun 2024, pemerintah Indonesia mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 28 Tahun 2024 yang mengatur tentang penyediaan alat kontrasepsi bagi remaja. Kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan kesehatan reproduksi dan mengurangi angka kehamilan tidak diinginkan di kalangan remaja khususnya remaja yang sudah menikah.

Namun, kebijakan ini juga menimbulkan berbagai kontroversi dan perdebatan di masyarakat. Dalam opini ini, penulis akan membahas terkait pentingnya kesehatan reproduksi bagi remaja, serta pro dan kontra dari penyediaan alat kontrasepsi bagi remaja.

Syahril mengatakan bahwa “penyediaan alat kontrasepsi tidak ditujukan untuk semua remaja, melainkan hanya diperuntukkan bagi remaja yang sudah menikah dengan tujuan menunda kehamilan ketika calon ibu belum siap karena masalah ekonomi atau kesehatan”.

Kesehatan reproduksi merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan remaja. Remaja yang memiliki pengetahuan dan akses terhadap layanan kesehatan reproduksi yang baik cenderung memiliki kualitas hidup yang lebih baik dan mampu membuat keputusan yang lebih bijak terkait kesehatan mereka. Oleh karena itu, penyediaan alat kontrasepsi bagi remaja menjadi tema yang relevan untuk dibahas.

Di Indonesia, dasar hukum yang mengatur penyediaan alat kontrasepsi bagi remaja diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor  28 Tahun 2024 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan. Pasal 103 ayat (4) huruf e dari PP tersebut menyebutkan bahwa pelayanan kesehatan reproduksi kepada anak usia sekolah dan remaja harus mencakup penyediaan alat kontrasepsi.

Jenis-Jenis Alat Kontrasepsi adalah kondom yang merupakan suatu alat kontrasepsi yang paling umum digunakan oleh masyarakat di Indonesia. Selain mencegah kehamilan, kondom juga efektif dalam mencegah PMS. Selain kondom, alat kontrasepsi yang umum digunakan pada kalangan masyarakat adalah Pil KB, pil KB merupakan pil yang mengandung hormon untuk mencegah ovulasi.

Pil KB harus diminum setiap hari. Sedangkan IUD (Intrauterine Device) merupakan alat kecil yang dimasukkan ke dalam rahim untuk mencegah kehamilan. Selain alat-alat tersebut juga terdapat implan yang merupakan batang kecil yang ditanam di bawah kulit dan melepaskan hormon untuk mencegah kehamilan. Alat kontrasepsi yang terakhir adalah suntik KB yang merupakan suntikan hormon yang diberikan setiap tiga bulan sekali.

Bagian 1: Pro Penyediaan Alat Kontrasepsi untuk Remaja

Mencegah Kehamilan yang Tidak Diinginkan

Salah satu alasan utama untuk mendukung penyediaan alat kontrasepsi bagi remaja adalah untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan. Menurut data dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), angka kehamilan remaja di Indonesia masih cukup tinggi.

Kehamilan yang tidak direncanakan dapat berdampak negatif pada kehidupan remaja, baik dari segi sosial maupun ekonomi. Remaja yang hamil di usia muda cenderung mengalami putus sekolah, kesulitan mencari pekerjaan, dan menghadapi stigma sosial.

Selain itu, terhadap remaja yang sudah menikah tapi masih berusia muda, menyebabkan adanya risiko kehamilan yang lebih berbahaya untuk kesehatannya dan emosiaonal seorang remaja masih belum stabil sehingga dalam regulasi Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2024 Pasal 103 ayat (4) poin e yang berbunyi “Pelayanan Kesehatan reproduksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi penyediaan alat kontrasepsi.”

Hal tersebut menunjukkan bahwa pemerintah memerintahkan untuk penyediaan alat kontrasepsi kepada pasangan suami istri remaja.

Mengurangi Penyebaran Penyakit Menular Seksual (PMS)

Selain mencegah kehamilan, alat kontrasepsi juga berperan penting dalam mengurangi penyebaran penyakit menular seksual (PMS). Remaja yang aktif secara seksual berisiko tinggi tertular PMS jika tidak menggunakan alat kontrasepsi. Oleh karena itu, penyediaan alat kontrasepsi dapat menjadi alat perlindungan yang efektif. Penting juga untuk mengedukasi remaja tentang PMS dan cara pencegahannya agar mereka dapat membuat keputusan yang lebih bijak terkait kesehatan seksual mereka.

Penggunaan alat kontrasepsi sangat terkait dengan upaya pencegahan infeksi menular seksual (IMS) dan HIV. Kontrasepsi berjenis barier, seperti kondom, dapat memberikan perlindungan terhadap IMS yang disebabkan oleh bakteri. Namun, efektivitas kondom dalam mencegah penularan HIV masih dalam tahap penelitian lebih lanjut.

Memberikan Opsi dan Kontrol bagi Remaja

Remaja memiliki hak untuk memilih dan mengakses alat kontrasepsi. Dengan memberikan akses yang mudah terhadap alat kontrasepsi, remaja dapat memiliki kontrol lebih besar atas kesehatan reproduksi mereka. Hal ini juga dapat membantu mengurangi stigma seputar penggunaan alat kontrasepsi di kalangan remaja.

Ketika remaja merasa didukung dan memiliki akses terhadap informasi dan layanan kesehatan reproduksi, mereka cenderung membuat keputusan yang lebih baik dan bertanggung jawab.

Mendukung Kesehatan Mental dan Emosional

Kesehatan reproduksi yang baik dapat berdampak positif pada kesehatan mental dan emosional remaja. Remaja yang memiliki pengetahuan dan akses terhadap alat kontrasepsi cenderung merasa lebih percaya diri dan memiliki kontrol atas kehidupan mereka.

Selain itu, dengan mencegah kehamilan yang tidak diinginkan, remaja dapat mengurangi tekanan psikologis yang mungkin timbul akibat kehamilan yang tidak direncanakan. Kesehatan  mental  yang  buruk  dapat mempengaruhi kehidupan seksual remaja dan menyebabkan berbagai masalah seperti stres, kecemasan, dan depresi.

Oleh karena itu, remaja perlu diberikan edukasi tentang pentingnya kesehatan mental dan cara  menjaga  keseimbangan  emosional  saat  menjalin  hubungan  seksual.  Mereka  juga  harus  dimotivasi untuk secara terbuka berbicara tentang perasaan seksual mereka dengan pasangan mereka.

Materi  edukasi  seksual  pada  remaja  yang  menyentuh  isu-isu  kesehatan  mental  ini  sangat  penting demi  menunjang  kesehatan  mental  remaja.  Semakin  banyak  remaja  yang  memahami  dan  menerima pentingnya topik-topik sensitif ini, semakin banyak pula remaja yang terhindar dari masalah secara seksual dan dinamika hubungan yang negatif.

Bagian 2: Kontra Penyediaan Alat Kontrasepsi untuk Remaja

Risiko Penyalahgunaan

Salah satu argumen kontra terhadap penyediaan alat kontrasepsi bagi remaja adalah potensi penyalahgunaan. Beberapa pihak khawatir bahwa remaja mungkin menggunakan alat kontrasepsi tanpa pemahaman yang memadai tentang penggunaannya.

Kebijakan yang tidak diiringi dengan edukasi yang memadai dapat menyebabkan remaja mengambil risiko yang tidak perlu dan mengabaikan aspek-aspek penting dari kesehatan reproduksi.

Moral dan Etika

Pandangan masyarakat tentang seksualitas remaja juga menjadi faktor penting dalam perdebatan ini. Beberapa kelompok masyarakat berpendapat bahwa penyediaan alat kontrasepsi bagi remaja dapat mendorong perilaku seksual yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan agama.

Kontroversi ini mencerminkan perbedaan pandangan tentang bagaimana seksualitas remaja seharusnya diatur dan dipahami dalam konteks sosial dan budaya.

Kurangnya Pendidikan Seksual yang Memadai

Pendidikan seksual yang kurang memadai juga menjadi salah satu alasan kontra terhadap penyediaan alat kontrasepsi bagi remaja. Tanpa pendidikan seksual yang komprehensif, remaja mungkin tidak memiliki pemahaman yang cukup tentang kesehatan reproduksi dan penggunaan alat kontrasepsi.

Oleh karena itu, penting untuk memastikan bahwa pendidikan seksual yang komprehensif diberikan kepada remaja agar mereka dapat membuat keputusan yang tepat dan bertanggung jawab. Dengan  pendidikan  seks,  remaja  dapat  memahami  cara  mencegah  penyebaran  penyakit  seksual seperti  HIV,  sifilis,  dan  gonore.

Materi  yang  berkaitan  dengan  urgensi pendidikan  seks  pada  remaja  dalam  hal  mencegah  penyebaran  penyakit  seksual  yang  bisa  diberikan  oleh guru  Bimbingan  dan  Konseling  ataupun  pihak  lainnya  terkait  mencegah  penyebaran  penyakit  seksual.

Dampak Kesehatan yang Tidak Diinginkan

Penggunaan alat kontrasepsi juga dapat memiliki potensi efek samping yang perlu diperhatikan. Beberapa alat kontrasepsi mungkin tidak cocok untuk semua remaja dan dapat menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan.

Penggunaan alat kontrasepsi IUD dapat menyebabkan efek samping seperti perubahan pola menstruasi, termasuk periode menstruasi yang lebih lama, yang seringkali diawali dan diakhiri dengan bercak darah. Selain itu, pemasangan IUD juga dapat menyebabkan efek samping lain seperti ketidaknyamanan di perut, pendarahan vagina, infeksi, kram, risiko kemandulan, dan kemungkinan kebocoran pada rahim.

Pemakaian kontrasepsi suntik juga memiliki sejumlah masalah, seperti perubahan pola menstruasi, peningkatan berat badan, dan sakit kepala, di mana gangguan pola menstruasi ini bergantung pada lamanya penggunaan. Efek samping lainnya termasuk peningkatan berat badan, sakit kepala, nyeri pada payudara, munculnya jerawat, penurunan gairah seksual, dan rambut rontok.

Berdasarkan penjelasan di atas, dampak negatif atau efek samping yang muncul dari penggunaan alat kontrasepsi dapat mencakup gangguan pada siklus menstruasi atau aliran darah menstruasi, seperti menstruasi yang tidak teratur, serta perubahan hormon yang signifikan, di samping banyak dampak negatif lainnya.

Bagian 3: Solusi dan Rekomendasi

Pendidikan Seksual yang Komprehensif

Salah satu solusi utama untuk mendukung penyediaan alat kontrasepsi bagi remaja adalah melalui pendidikan seksual yang komprehensif. Pendidikan seksual yang baik dapat memberikan informasi yang akurat dan mudah diakses tentang kesehatan reproduksi, PMS, dan penggunaan alat kontrasepsi.

Dengan pengetahuan yang memadai, remaja dapat membuat keputusan yang lebih bijak dan bertanggung jawab terkait kesehatan reproduksi mereka.

Pengawasan dan Pendampingan

Peran orang tua dan guru juga sangat penting dalam mendampingi remaja dalam hal kesehatan reproduksi. Orang tua dan guru dapat menciptakan lingkungan yang mendukung diskusi terbuka tentang kesehatan reproduksi dan penggunaan alat kontrasepsi. Dengan adanya pengawasan dan pendampingan yang baik, remaja dapat merasa lebih didukung dan memiliki akses terhadap informasi yang mereka butuhkan.

Kerja Sama dengan Tenaga Medis

Akses ke tenaga medis juga merupakan faktor penting dalam mendukung penggunaan alat kontrasepsi yang aman. Remaja perlu mendapatkan penyuluhan dan konsultasi dengan tenaga medis sebelum menggunakan alat kontrasepsi. Tenaga medis dapat memberikan informasi yang akurat tentang berbagai jenis alat kontrasepsi dan membantu remaja memilih yang paling sesuai dengan kebutuhan mereka.

Kesimpulan

Dalam opini ini, kita telah membahas pro dan kontra dari penyediaan alat kontrasepsi bagi remaja. Meskipun ada berbagai argumen yang mendukung dan menentang kebijakan ini, penting untuk menekankan bahwa kesehatan reproduksi remaja adalah aspek yang sangat penting. Penyediaan alat kontrasepsi harus diimbangi dengan pendidikan seksual yang komprehensif dan dukungan dari orang tua, guru, dan tenaga medis.

Dengan pendekatan yang holistik, kita dapat menciptakan masa depan yang lebih baik bagi kesehatan reproduksi remaja di Indonesia. (*)