PekanbaruKini.com
Headlines Riau

Tekan Angka Stunting dengan Gerakan KOPIS (Konsumsi Pisang) oleh Mahasiswa KUKERTA UNRI 2022

Pekanbarukini.com (SOREK SATU) – Jum’at, 15 Juli 2022 Mahasiswa KUKERTA BK UNRI mengikuti kunjungan rumah penderita stunting bersama pihak Puskesmas KecMatan Pangkalan Kuras bagian Ahli Gizi.

Rangkaian kegiatan yang dilakukan dimulai dengan mengukur tinggi, lingkar kepala, lingkar lengan dan berat badan pada si bayi. Pertumbuhan pada si bayi terhambat oleh sebab itu tinggi badan, berat badan, lingkar kepala dan lingkar lengan pada si bayi tidak pada ukuran normal untuk bayi berumur 5 bulan dan berjenis kelamin perempuan.

“Pertumbuhan pada pada si bayi tidak normal, wajahnya juga tampak lebih muda dan setelah dilihat dari beberapa data yang diinput kemungkinan si bayi mengalami stunting dan gizi buruk. Upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan memberikan asupan gizi yang cukup.” Tutur salah satu staff gizi Puskesmas.

Kandungan gizi yang wajib dipenuhi oleh penderita stunting yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral dengan ukuran porsi yang sudah ditentukan.

Kepala bidang Gizi Puskesmas Kec. Pangkalan Kuras ibu Diana Sari, A. Md. Gz mengatakan Makanan yang bergizi sangat berperan penting bagi penderita stunting. Kemenkes telah mengeluarkan produk BTP berupa biscuit (sambil memberikan satu box biscuit kepada si ibu), dan biscuit ini bisa diberikan kepada si bayi jika umur bayi sudah memasuki 6 bulan.

Pemberian biskuit bisa dihaluskan dengan menambahkan susu. Pada saat pembuatan susu, sanitasi alat juga harus diperhatikan. Botol susu terlebih dahulu harus di rebus pada air panas agar steril.

Cara pembuatan susu juga harus berurutan, dimulai dengan memasukkan air hangat 30 ml terlebih dahulu untuk botol 30 ml baru setelah itu ditambahkan susu bubuk dan diaduk.

“Hal ini dilakukan agar ukuran susu pas 30 ml. Kalau susu bubuk yang pertama dimasukkan baru air maka ukuran susu kurang dari 30 ml sehingga tidak sesuai dengan takaran,” katanya.

Rekan Mahasiswa KUKERTA BK UNRI juga memberikan poster dan menjelaskan materi kepada keluarga penderita stunting mengenai stunting yang dapat dicegah dengan Gerakan KOPIS (Konsumsi Pisang).

Hal ini dapat dilakukan karena pisang sebagai salah satu alternatif pangan tempatan yang mudah di dapat, bernilai gizi tinggi, ekonomis dan praktis.

“Benar, dengan mengonsumsi pisang juga bisa diberikan pada si bayi. Takarannya bertahap, dimulai dari setengah hingga satu buah pisang dan itu baik untuk pencernaan si bayi. Caranya bisa dengan menghaluskan pisang atau sama seperti biskuit BTP tadi dengan menambahkan susu,” tutur Diana Sari, A. Md. Gz yang menyetujui isi dari poster yang diberikan.

Angka stunting pada anak di Indonesia yang semula 30,8% (2018) menjadi 24,4% (2022) semoga terus menurun karena anak merupakan asset negara yang sangat berharga.

Sumber daya alam yang melimpah saja tidak cukup untuk memajukan bangsa dan Negara, melainkan juga harus diimbangi dengan sumber daya manusia yang berkualitas.

Maka dari itu, bagi para ibu mari pelajari dan cari informasi mengenai kesehatan bagi ibu dan buah hati pada sebelum, saat dan setelah melahirkan. Perhatikan sanitasi lingkungan keluarga serta berikan ASI dan asupan gizi yang berkualitas bagi si buah hati. (Rilis)