PekanbaruKini.com
Riau

Ketua IKA FTK UIN Suska Riau Desak Pemerintah Akui Linearitas Jurusan Kependidikan Islam dan MPI dalam PPG

Pekanbarukini.com – Ketua Ikatan Alumni Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (IKA FTK) UIN Suska Riau, Eko Wibowo, S.Pd.I., M.Pd., menegaskan komitmennya dalam memperjuangkan pengakuan linearitas jurusan Kependidikan Islam (KI) dan Manajemen Pendidikan Islam (MPI) konsentrasi Bimbingan Konseling (BK) dalam Program Profesi Guru (PPG). Ia menyatakan bahwa IKA FTK siap berada di garis depan untuk mendukung aspirasi para alumni.

Dalam diskusi yang diinisiasi oleh IKA FTK, Ekowi bersama ratusan alumni mengungkapkan bahwa hingga saat ini, jurusan KI dan MPI konsentrasi BK tidak tercantum dalam tabel linearitas PPG. Akibatnya, ijazah lulusan dinyatakan tidak memenuhi syarat untuk mengikuti PPG BK berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 16 Tahun 2019.

Audiensi dan Dukungan Pihak Terkait
IKA FTK telah menggelar audiensi bersama Rektor, Wakil Rektor, Dekan, Wakil Dekan Fakultas Tarbiyah, Kepala Balai Guru Penggerak (BGP) Provinsi Riau, dan perwakilan Guru BK FTK UIN Suska Riau. Dalam pertemuan tersebut, mereka menyampaikan aspirasi terkait hambatan yang dialami alumni jurusan KI/MPI untuk mengikuti PPG BK.

“Kami berharap perjuangan ini membuahkan hasil. Ada tiga universitas yang menghadapi kendala serupa, yakni UIN Suska Riau, UIN Sumatera Barat, dan UIN Bengkulu. Kami yakin dengan usaha bersama, akan ada solusi konkret dari pemerintah,” ujar pria yang akrab disapa Ekowi ini, Selasa (17/12/2024).

Ia juga menyampaikan rasa terima kasih atas dukungan penuh dari Rektor UIN Suska Riau, Prof. Dr. Khairunnas Rajab, M.Ag., dan Kepala BGP Provinsi Riau, Reisky Bestary, S.Pd., M.Pd., yang terus mendorong penyelesaian polemik ini.

Ekowi mengungkapkan sejumlah fakta yang menjadi dasar tuntutan:

1. Ketidaksesuaian Linearitas: Ijazah KI/MPI konsentrasi BK dinyatakan tidak linear dengan PPG BK, sehingga pengajuan peserta ditolak secara permanen.

2. Pengalihan Jurusan: Alumni diarahkan mengikuti PPG Pendidikan Agama Islam (PAI), meskipun mayoritas mereka mengajar BK.

3. Pengalaman Mengajar: Banyak alumni memiliki pengalaman mengajar BK lebih dari 10 tahun, bahkan beberapa di antaranya telah berstatus ASN PPPK.

4. Pengakuan Kompetensi: Sejumlah alumni telah lolos seleksi Guru Penggerak, membuktikan kompetensi mereka di bidang BK.

5. Jumlah Alumni Terdampak: Terdapat sekitar 600 alumni KI/MPI konsentrasi BK dari berbagai universitas yang terkendala mengikuti PPG.

“Kami merasa tidak adil. Selama perkuliahan, kami mempelajari mata kuliah yang relevan dengan BK, dan saat ini mayoritas dari kami mengajar BK di sekolah. Namun, kami tidak diakui untuk PPG BK hanya karena permasalahan linearitas,” tegas Eko.

Harapan dan Tuntutan IKA FTK
IKA FTK meminta pemerintah, khususnya Dirjen PPG, untuk segera mengambil langkah nyata dalam mengatasi masalah ini. Mereka juga berharap dukungan dari Anggota DPR RI, Dr. Karmila Sari, S.Kom., M.M., agar dapat menjembatani aspirasi ini ke tingkat nasional.

Beberapa tuntutan yang diajukan antara lain:

1. Diterima Seleksi PPG Tahun Ini: Alumni berharap dapat mengikuti seleksi administrasi PPG BK tanpa hambatan.

2. Solusi dari BGP: Badan Guru Penggerak diminta mencari solusi terkait penerimaan alumni KI/MPI konsentrasi BK dalam PPG.

3. Revisi Linearitas: Pemerintah diharapkan memasukkan jurusan KI dan MPI konsentrasi BK ke dalam tabel linearitas PPG.

Langkah Lanjutan
IKA FTK berencana mengirimkan surat resmi kepada Dirjen PPG dan kementerian terkait untuk memperkuat tuntutan mereka. Mereka juga akan menggandeng organisasi guru dan lembaga pendidikan untuk mendukung perjuangan ini.

“Perjuangan ini bukan hanya untuk alumni KI/MPI UIN Suska Riau, tetapi juga untuk rekan-rekan dari universitas lain yang menghadapi masalah serupa. Kami berharap pemerintah lebih peka terhadap kondisi nyata di lapangan,” tutup Eko.

Dengan langkah ini, IKA FTK berharap pemerintah segera mengambil kebijakan yang lebih adil demi mengakomodasi para guru BK yang telah lama berkontribusi dalam dunia pendidikan. (rilis)